صوم رمضان
(Puasa Ramadlan)
· Pengertian
Puasa menurut bahasa adalah al-Imsaak (الإمساك) yang artinya menahan, sedangkan
menurut istilah adalah menahan diri dari buka puasa atau yang membatalkan puasa
dengan niat tertentu yang dilakukan seharian penuh bagi orang islam yang
berakal serta suci dari hadats (keadaan seorang yang masih belum suci) dan
nifas (salah satu darah yang keluar dari rahim perempuan setelah melahirkan).
(Fathul Qarib al-Mujib : 25)
Puasa Ramadlan adalah al-Imtina’ (الإمتناع) atau menahan diri dari
makan dan minum dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. (al-Mabdi’
al-Fiqih juz 1 : 17)
Puasa Ramadlan adalah menahan diri dari makan, minum, jima’
(berkumpulnya suami istri), dan semua yang membatalkan puasa dari terbitnya
fajar sampai terbenamnya matahari di semua hari dalam bulan Ramadlan. Diwajibkan
berpuasa bagi semua orang islam yang baligh, kuat dan suci dari hadats dan
nifas utuk melaksanakannya. (al-Mabdi’ al-Fiqih juz 2 : 36)
Puasa Ramadlan adalah menahan diri dengan niat meninggalkan sesuatu hal yang dapat membatalkan puasa atau buka puasa sepanjang hari di bulan Ramadlan. Wajib bagi
semua orang islam yang mukallaf (islam, baligh, dan berakal) dan kuat untuk
melaksanakan puasa serta orang yang suci dari hadats dan nifas. (al-Mabdi’
al-Fiqih juz 3 : 57)
Puasa Ramadlan wajib bagi orang muslim yang mukallaf dan kuat untuk
mengerjakannya ketika sudah ditetapkan Ru’yah al-Hilal (penampak bulan sabit
yang menandakan tanggal satu pada suatu bulan) atau sempurnanya bulan Sya’ban
selama tigah puluh hari, seperti yang difirmankan Allah SWT dalam al-Quran
surat al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi :
يَااَيُّهَا
الَّذِيْنَ اَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
Artinya : Wahai orang –orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa.
Dan Firman Allah pada surat sama ayat 185 yang berbunyi :
فَمَنْ شَهِدَ
مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
Artinya : Karna itu, barangsiapa di antara kamu ada bulan itu, maka
berpuasalah. (al-Mabdi’ al-Fiqih juz 4 : 39)
·
Waktu Puasa Ramadlan
Waktu
diwajibkan puasa yaitu pada saat sempurnanya bulan Sya’ban selama tiga puluh
hari atau dengan Ru’yah al-Hilal bulan Ramadlan. (al-Mabdi’ al-Fiqih juz 3 :
57)
·
Niat Puasa Ramadlan
Niat itu
terletak di dalam hati, jika melakukan puasa wajib seperi Puasa Ramadlan atau
Puasa Nadzar maka niatnya harus dilantunkan di malam hari, menetapkan niatnya
dalam puasa wajib seperti puasa ramadlan dengan jelas serta menyelesaikan niat
puasanya dengan sempurna. (Fathu al-Qarib al-Mujib : 25)
Niat Puasa Ramadlan
itu berbunyi
نويت صوم غد عن اداء شهر رمضان
Artinya
: Aku niat berpuasa besok pagi untuk menunaikan puasa bulan Ramadlan.
Niat tersebut dikutip dari
kitab al-Mabdi’ al-Fiqih juz satu yang dikarang oleh Umar Abd al-Jabbaar.
Dikutib dari kitab lain yang bernama Fathu al-Qarib al-Mujib yang dikarang oleh Muhammad bin Qaasim al-Ghozi al-Syafi’i bunyi niat puasa ramadlan itu
نويت صوم غد عن اداء فرض رمضان هذه السنة لله تعالى
Artinya
: aku niat berpuasa besok pagi untuk menunaikan puasa wajib bulan Ramadlan
tahun ini karena Allah ta’ala.
·
Syarat Wajib Puasa
Dikutip dari kitab Fathu al-Qarib al-Mujib Syarat-wajibnya Puasa
itu ada empat, yaitu :
1.
Islam.
2.
Baligh.
3.
Berakal.
4.
Kuat untuk melaksanakan puasa.
·
Fardhunya Puasa
Fardhunya Puasa
itu ada dua dikutip dari kitab al-Mabdi’ al-Fiqih, yaitu :
1.
Niat.
2.
Menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa sepanjang hari.
Dikutip dari kitab yang lain yang bernama Fathul al-Qarib al-Mujib,
fardhunya wudlu itu ada empat yaitu :
1.
Niat.
2.
Menahan diri dari makan dan minum.
3.
Menahan diri dari jima’.
4.
Muntah dengan sengaja.
·
Al-Mufathiraat atau sesuatu yang membatalkan puasa
Yang di maksud al-Mufathiraat (buka puasa) adalah sesuatu yang
membatalkan puasa dikutip dari kitab al-Mabdi’ al-Fiqih al-Mufathiraat itu ada
delapan, yaitu :
1.
Memasukkan sesuatu ke dalam Jauf (perut/lambung) dengan sengaja.
2.
Muntah dengan sengaja.
3.
Haid (darah yang keluar dari rahim perempuan secara bulanan).
4.
Nifas.
5.
Keluar mani dengan sengaja atau Onani.
6.
Jima’ dengan sengaja.
7.
Murtad (keluar dari islam).
8.
Gila.
Dikutip dari kitab yang lain yang bernama Fathu al-Qaib al-Mujib,
sesuatu yang membatalkan puasa itu ada sepuluh, yaitu :
1.
Sesuatu yang sengaja masuk ke dalam jauf.
2.
Sesuatu yang sengaja masuk ke dalam kepala (menuju ke dalam jauf).
3. Huqnah atau memasukkan obat di dalam salah satu dua jalan (qubul/kemaluan
atau dubur/anus).
4.
Muntah dengan sengaja.
5.
Wathi atau jima’ secara sengaja.
6.
Keluar mani sebab kesetuhan kulit (onani).
7.
Haid.
8.
Nifas.
9.
Gila.
10.
Murtad.
·
Sunnahnya Puasa
Dikutip dari kitab Fathu al-arib al-Mujib sunnahnya puasa haya ada
tiga, yaitu :
1.
Mempecepat berbuka (mengakhiri puasa).
2.
Mengakhirkan sahur (makan dini hari bagiorang yang akan menjalankan
puasa).
3.
Meninggaklan kejelekan dari perkataan (seperti berbohong dan
ghibah).
Dikutip dari kitab al-Mabdi’ al-Fiqih sunnahnya puasa itu ada
empat, yaitu :
1.
Mengakhirkan sahur dan mempecepat berbuka.
2.
Berbuka dengan kurma atau air.
3.
Meninggalkan perkataan yang buruk.
4. Memperbanyak shodaqoh (memberikan sesuatu yang baik kepada orang
lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu)
dan memperbanyak baca al-Qur’an.
·
Orang yang diizinkan buka puasa/membatalkan puasa
Dikutip dari
kitab al-Mabdi’ al-Fiqih, alasan yang mengizinkan untuk berbuka
1.
Orang yang sakit.
2.
Orang yang bepergian.
3.
Orang yang lanjut usia.
4.
Orang yang haid atau nifas.
5.
Orang yang hamil atau menyusui.
·
Puasanya orang yang sakit
Orang sakit jika takut puasanya menambah kasakitan atau menunda
kesembuhan atau mendapatkan kesusahan
bisa diqada’ (mengganti dengan puasa) saja. Namun bila tidak bisa disembuhkan
maka bisa diganti dengan membayar fidyah (mengganti dengan memberi makan orang
miskin setiap hari satu mud (0,6 kg atau 3/4 liter)
·
Puasanya orang yang bepergian
Orang yang bepergian jauh jika takut terhadap dirinya akan
kerusakan atau gangguan manfaat maka lebih baik berbuka puasa dan diqada’.
·
Puasanya orang yang lanjut usia
Orang yang sudah tua dan tidak kuat untuk melaksanakan puasa, maka
bisa diganti dengan membayar fidyah.
·
Puasanya orang yang haid atau nifas
Khusus untuk perempuan yang sedang haid atau nifas wajib membatalkan puasa dan diqada’
setelah suci.
·
Puasanya orang yang hamil atau menyusui
Orang yang
hamil atau menyusui jika takut terhadap dirinya sendiri dan anaknya maka
puasanya bisa diqada’ saja, namun jika takut terhadap anaknya saja maka wajib
mengqada’ dan membayar fidyah.
·
Puasanya orang yang melakukan jima’
Orang yang
batal puasanya karena jima’ maka wajib untuknya mengqada’ dan juga membayar
kafaarat (merdekakan budak yang mu’min atau orang yang beriman, jika tidak ada
budak tersebut maka puasa dua bulan secara berturut, jika tidak bisa maka
memberi makan enam puluh orang miskin dan setiap orang miskin mendapatkan satu
mud).
·
Puasanya orang yang meninggal
Orang yag meninggal tidak bisa mengqada’ maka gantinya adalah
memberi makalan satu mud oleh walinya. Dan juga bisa diganti dengan walinya
atau orang terdekatnya yang berpuasa untuknya. Serta juga bisa diganti dengan orang
lain yang berpuasa untuknya dengan izin walinya.
👍
BalasHapusWaiting for next article ������
BalasHapus