Kepada Tuhan aku berpuasa, kepadamu aku berpuisi
Oleh : Mariatul Habaib
Tahun demi tahun telah berlalu, seperti biasa Ramadhan selalu
menjadi bulan paling istimewa untuk di tunggu. Rating keimanan tentunya menjadi
hal utama yang perlu di upgrade, suara lantunan ayat lantang di setiap sudut
kota, makanan melimpah di setiap masjid. Semua orang terlihat berlomba-lomba
menjemput keberkahan Ramadahan, pekerja buruh, kuli, pedagang kaki lima dan
tanpa pandang bulu semua kalangan dapat menyicipi manisnya Ramadhan. Namun kali
ini sepertinya berbeda, semua terlihat lebih indah. Iya Ramadhan membuatku
menemukan sosoknya, yang indah berwibawa hingga dengan melihatnya pun seperti
sudah tergambar akan sikapnya yang penyayang. Sepertinya aku ikut terseret
dalam persetan syahdu Ramadhan, sungguh bulan penuh Rahmat. Tanpa ku sadari
ternyata sedari tadi aku berdiri serta melamun di teras masjid, mungkin karena
dari tadi aku sibuk melihatnya sehingga sampai melamun “Astaghfirullah” ucapku
mengelus dada. Orang-orang berlalu Lalang untuk memasuki masjid, ini adalah
hari kedua aku menjalani ibadah di bulan Ramdahan ini, tentunya ini hari ketiga
aku melaksanakan sholat tarawih di masjid ini namun, sekian tahun kenapa baru
terlihat sosoknya? Kubiarkan pertanyaan tadi mengapung tanpa jawaban, “arghhhh
kenapa aku terlihat mempedulikan sosok yang baru aku temui dan belum ku kenal”
lirihku dalam hati.
Suara lantunan imam tadi persis seperti suara murottal di hand
phone bahkan sangat merdu sampai- sampai membuatku menikmati sholat tersebut.
Rasanya baru kali ini aku sepeduli ini pada pemilik suara imam tadi padahal
Ramdahan sebelum-sebelumnya aku seperti acuh tak acuh pada siapapun imam di
masjid ini, toh orang-orang di sini bukan hanya berasal dari desaku desa
sebelah juga. Lalu Lalang orang sehabis taraweh membuatku sadar akan lamunan
ku, aku harus segera pulang karena tumpukan tugas kuliah sudah menunggu.
Sehabis sahur rasa kantukku tidak bisa kutahan, rasanya ingin tidur
di Kasur empuk milikku namun dari pada aku harus mendengar omelan serta ocehan
ummiku sebaiknya aku harus cepat bergegas menuju masjid. “astaga ini suaranya
lagi” gumamku sehabis sholat sepertinya suaranya berhasil menghilangkan
ngantukku. Ketika aku menuju tangga masjid tiba-tiba ibu-ibu jamaah sedang
membicarakan siapa pemilik suara tersebut samnbil menunjuk-nunjuk ke arah nya.
“ganteng-ganteng kok belum nikah ya”. Aku
melihatnya dari jauh, lekuk senyumnya seketika membuatku candu untuk terus
menatapnya, wibawa sikapnya Bahasa tubuhnya termasuk kategori imam yang aku
idamkan, ini pertama kali aku mengidamkan seseorang sepertinya.
Komentar
Posting Komentar